Latest Post
Loading...
Senin, 02 November 2015
Hakekat Keramat Wali Syetan
Menurut Al-Sulami (seorang sufi,wafat 412H) munculnya istilah" wali (dalam batasan sufiah) dimulai sejak abad ke 3 hijriah dan berkembang pada abad ke 4 hijriah.Namun dua syarat kewalian (dalam anggapan sufiah, yaitu doa yang mustajab dan karomah) sudah muncul sejak abad-abad pertama dan kedua hijriah.17
        Hal di atas menandakan bahwa "karomah" (keajaiban khariq al-'adah) pada abad ke-1 dan ke-2 hijriah terlepas dari kata "wali" dengan pengertian bahwa setiap kejadian yang terjadi pada seorang mukmin tidak diidentikkna dengan kewalian. Dan kewalian itu sendiri tidak tampak "diperhatikan" apalagi dibicarakan oleh mereka yang menyaksikan orang-orang mulia sekaliber Umar bin Khaththab yang notabene pernah dinash oleh Nabi sebagai "muhddats" (orang yang mendapat ilham) dan termasuk 10 orang sahahabat yang oleh Nabi dipastikan masuk surga. Dan para sahahabat tidak pernah mempermasalahkan apakah pada dirinya terjadi karomah atau tidak.

        Dalam pembahasan karomah, sufiah secara umum tid ak menyimpang dari syariat, kecuali sedikit diantara mereka.Seperti yang dilakukan jurjani,bahwa kewalian adalah kektika seorang hamba menegakkan hak Allah pada saat fana' dari dirinya.18 Hanya pada kalangan awamnya terdapat semacam kultus individu terhadap para pemilik "karomah".Hal itu dikawatirkan bisa menjebak orang kedalam syirik dan rusaknya akidah islamiyah. Misalnya anggapan bahwa para wali yang sudah wafat itu masih bisa berhubungan dengan para pemujanya secara rohani dan mengadakan bimbingan (supervisi) kepada para penerus ajaranya seperti yang dinukil dalam kitab Tanwirul Qulub, bahwa barang siapa yang tidak nampak karomahnya setelah wafatnya seperti pada saat hidupnya maka kewalianya tidak benar.19 Itu sebabnya dikalangan mereka lahir istilah "tahdlir al-arwah" atau "ruhiyah"(menghadirkan arwah), tidak ubahnya upacara sejenis yang terjadi pada kalangan Yahudi dan lain-lain.

BERSAMBUNG. 
Minggu, 01 November 2015
Sumber Karomah Wali Allah



Allah menampakan karomah atas sebagian hamba-Nya yang shalih dari golongan orang yang berpegangan teguh hukum syariat Islam sebagai bentuk anugerah dan kemuliaan baagi mereka dari Allah.Seperti yang pernah terjadi pada ummar terdahulu, seperti kelebihan Ashif, salah seorang menteri nabi Sulatman yang mampu memindamah singgasana ratu Balqis, atau kelebihan Maryam yang diberi berbagai macam karomah oleh Allah, atau angkelebihan Dezul Qarnain yang mampumembuat negara bawah tanah, dan Ashabul Kahfi yang dituturkan dalam surat al-khafi. Begitu juga yang terjadi pada generasi ummat ini daari kalangan para sahahabat dan tab'in. Seperti yang terjadi pada Umar bin Khathab, Syariyyah Jabal, Usaid bin Hudhair datang naungan ketika membaca surat al-Khafi, kisah Ummu Aiman yang sangat kehausan hampir mati, ketika iya inggin buka puasa maka tiba-tiba ada sumber yang penuh air diatas kepalanya. Adapun dari kalangan tabi'in yang pernah diberi anugerah karomah adalah Said bin Musayyab pada saat perang Harrah mendengar adzan dari arah kuburan Nabi setiapa waktu sholat, padahal di masjid tidak ada seorangpun, Uwais al-Qarni didapati kain kafan didalam pakayanya saat meninggal dunia dan ketika dikubur di temukan lubang di padang pasir yang siap menjadi tempat untuk menguburkanya dan yang lainnya.15

       Termasuk karomah yang disepakati oleh Salafush shalih adalah istiqamah mengamalkan al Qur'an dan as Sunnah, patuh dan ridho dengan hukum yang terkandung di dalamnya. Bila seseorang tidak memiliki karomah, tidak menjadi bukti imannya  karomah, karena karomah tersebut terjadi disebabkan faktor sebagai berikut:

1.   Dalam rangka menguatkan keimanan seseorang, maka tidak banyak karomah yang terjadi pada kalangan para sahahabat, karena keimanan mereka kuat dan keyakinan mereka semputrna.

2.   Karomah sebagai bentuk iqamatul hujjah terhadap musuh-musuh wali Allah, sehingga karomah tidak terikat dengan logika semata, akan tetapi terikat dengan kaidah-kaidah agama. 

3.   Dalam rangka untuk menunjukan kebesaran dan kuasaan Allah, karena kejadian luar biasa ini semata-mata hanya datang dari Allah.16 
Maka kejadian luar biasa bisa disebut karomah setelah memenuhi beberapa syarat berikut ini:

a.   Terjadi pada orang yang beriman dan bertakwa serta beramal shalih.

b.   Karomah itu tidak diharapkan oleh hukum syar'i atau bertentangan dengan kaidah agama.

c.   Terjadi pada orang yang masih hidup.
 
d.   terjadi karena keperluan atau keadaan darurat.

       Jika salah satu syarat di atas tidak dipenuhi, maka bukanlah karoamah, melainkan kayalan atau imajinasi belaka, bahkan hanya merupakan kehebatan yang diberikan syetan. karomah tidak mengikat hukum-hukum Islam, sehingga syariat Islam tidak akan lenyap karena tidak adanya karomah,karena sumber syariat karena jelas yaitu Al-Qur'an, Sunnah dan ijma', bukan karomah. Jika Allah memberi karomah kepada seseorang, maka hendaknya ia bersyukur kepada Allah dan memohon kepada-Nya keteguhan serta tidak menjadi sumber fitnah, bila demikian adanya maka kelebihan itu bisa sebagai cobaan dan ujian. Seharusannya merahasiakan hal ini dihadap manusia dan tidak menjadikannya sarana untuk takabur dan sombong, karena yang demikian itu dapat mendatangkan petaka. Berapa banyak orang yang merugi di dunia dan akherat ketika syetan memperdayakan mereka dari jalan ini, sehingga amal tersebut menjadi bencana bagi mereka.?

BERSAMBUNG. 

Baca Juga : Benarkah Quraish Shihab Syiah ?

Baca Juga Silsilah dan Sejarah 25 Nabi dan Rasul

Bagi yang ingin mengakses melalui Iphone atau Android silahkan klik tombol dibawah ini :




PEMESANAN BUKU DISINI




Rabu, 28 Oktober 2015
Hakekat Karomah Wali Allah


Karomah adalah amr khariq lil ' adah (kelebihan luar biasa), tanda dibareng pengakuan kenabian, dan bukan bentuk pendahuluan kenabian,yang diberikan Allah kepada hamba-Nya yang nampak shalih secara dzahir,komitmen terhadap syariat, memiliki benar dan beramal shalih, sebagai bentuk dukungan, pertolongan, peneguhan, dan bantuan dalam rangka menguatkan agamanya.11


Termasuk perinsip akidah Ahlis Sunnah wal jama'ah,adalah membenarkan karomah para wali, yaitu kejadian luar biasa yang dianugerakan Allah kepada sebagian hamba 

 10 Lihat at-Tuhfatul Iraqiyah, ibnu Taimiyah, Hal.336.
 11  Lihat kitab Bustanul Arifin, imam Nawawi, Hal. 344 dan Mjmu' Fatawa Ibnu Utsaimin, 8/626   serta Tanwirul Qulub, Muhammad Amin al-Irbily. 443.

 yang shalih, sebagai bentuk penghargaan baginya, seperti telah yang dijelaskan dalam al-Qur'an dan as-Sunnah. 
        
       Allah berfirman:

Ingatlah,sesungguhnya wali-wali Allah itu,tidak ada kekawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang berimna dan mereka selalu bertakwa. (QS.Yunus [10]: 62--64)
 

        Nabi bersabdah:

''Sesungguhnya Allah berfirman; ''Barangsiapa memusuhi wali-ku,maka Aku telah memngumumkan perang denganya.''12

 Ahlu Sunnah wal jama'ah mempunyai kriteria dan patokan yang tegas dan jelas dari nash-nash syar'i dalam membenarkan karomah. Tidak setiap kejadian liuar biasa disebut karomah. bahkan bisa jadi sebagai bentuk tipu daya syetan, permainan sulap, sihir, dan tipuan dajjal pendusta Sedangkan perbedaan antara karomah dengan sihir sangat jelas.

        Karomah merupakan karuniah karena Allah yang diberikan kepada hamba-Nya karena ketakwaan, ketaatan dan istiqomahnya. Sehingga sehebat apapun karomah tersebut tidak bisa menandingi mu'jizad para Nabi dan tidak berubah menjadi sihir.

        Allah berfirman;

...orang-orang yang berhak menjadi wali-waliNya, hanyalah orang-orang yang bertakwa, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.(QS. Al Anfaal [8]:34)

Imam Abu Ali al-Juzajani berkata; Carilah istqomah dan jangan mencari karomah, karena jiwamu tergerak untuk mencari karomah, sementara Rabb-mu menuntut darimu istqamah.13 

 13 Lihat Akidah thawiyah, Hal. 747.

Adapun karomah menurut pendapat kaum sufi adalah sesuatu yang luar biasa pada wali dengan tanda di barengi pengakuan kenabian, sebagai tanda bahwa wali itu dimulaikan oleh Allah, diterima amalnya dan didekatkan pada-Nya.'' Dengan definsi semacam ini, maka akan dapat menjebak orang kedalam pengertian bahwa siapa pun ketaatanya mengikuti Rasulullah, tidak akan sah, akan diterima amalnya, sebelum memperoleh karomah. ini jelas hal yang keliru.14

 Adapun hakekat karomah yang benar adalah suat kejadian luar biasa yang tidak disertai dengan pengakuan kenabian, atau sebagai pendahulu kenabian, dan bukan pula mukjizad kenabian. Ia merupakan kehormatan dari Allah kepada wali yang setia kepada utusa-Nya dalam menjalankan ajaran-ajaran agama-Nya. Dan karomah tidak mempunyai bentuk bentuk dan ujud tertentu. Dalam arti kata; ''karomah adalah semata-mata anugerah atau mauhibah tanpa mengharuskan Allah Ta'ala memberikanya kepada para wali-Nya ''Hal ini jelas berbeda dengan mukjizad memang dipastikan oleh Allah untuk menjadi tanda bagi nabi-nabi yang diutus oleh-Nya.

        Sementara sihir berasal dari syetan yang diberikan kepada orang-orang sesat, karena berbuat kufur dan maksiat mereka, maka Allah berfirman;

Dan sesungguhnya syetan itu membisikan kepada kawan-kawanya agar mereka membantah kamu dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.(QS.Al An' aam[6];121)
 
Dan sesungguhnya Allah mengusahakan syetan-syetan itu terhadap orang yang dikehendaki-Nya dari para hamba-Nya  karena hikmah-Nya.

       Dan Allah berfirman:

''Dan hasunglah siapa yang kmu sanggupi diantara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syetan kepada merreka melainkan tipuan belaka.''(QS. Al Israa [17]:64) 

Allah akan selalu menjaga orang yang dikehendaki-Nya dari tipu daya syetan:

Sesungguhnya syetan itu tidak ada kekuasaanya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Rabbnya. Sesungguhnya kekuasaanya (syetan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah,(QS.An-Nahl [16]:99-100)


Baca Juga : Benarkah Quraish Shihab Syiah ?

Baca Juga Silsilah dan Sejarah 25 Nabi dan Rasul

Bagi yang ingin mengakses melalui Iphone atau Android silahkan klik tombol dibawah ini :




PEMESANAN BUKU DISINI




Selasa, 27 Oktober 2015
Syarat Utama Menjadi Wali Allah

        Tidak semua wali Allah harus punya karomah,sebab tidak termasuk syarat bagi seseorang untuk menjadi wali Allah harus diserati adanya karomah, bahkan ada wali Allah selama hidupnya tidak pernah mendapatkan karomah, maku untuk menjadi wali Allah harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
  1. Berakal, maka orang yang gila tidak bisa menjadi wali Allah walaupun punya banyak kelebihan. 
  2. Baligh, anak kecil yang belum baligh belum bisa menjadi wali Allah. 
  3. Tindakanya selalu sesuai dengan apa yang dicintai Allah dan jauh dari hal-hal yang dibenci-Nya    maksutnya iya tidak mencinyai atau membenci sesuatu kecuali karena Allah. Islam mengajarkan kepada hamba-Nya agar mempersembahkan  cinta sejatinya yang paling hakiki hanya kepada Allah, tidak mencintai ketika harus mencintai kecuali hanya karena Allah, dan tidak membenci kecuali karena Allah.
  4. Berilmu tentang masalah usuluddin agar mengetahui apa yang dicintai Allah baik yang terkait dengan tauhid, imam kepada Allah, mengenal Rasul-Nya dan hal-hal terkait keimanan terhadap berita ghaib.
  5. Berilmu tentang cabang-cabang agama yang terkait dengan masalah halal dan haram serta masalah tatacara ibadah.
  6. Berakhlak dengan akhlak yang mulia dan meninggalkan larangan Allah dan melaksanakan perintah-Nya yang disertai ikhlas dalam beramal dan mutab'ah terhadap ketetapan Rasulullah.
  7. Selalu merasa takut kepada Allah dan merendahkan diri serta memiliki perasaan kasih sayang kepada makluk dengan disertai nasehad tulus kepada mereka, karena wali Allah adalah orang yang paling tahu tentang kebenaran dan paling sayang terhadap makhluk. Dengan tetap menjadi keindahan syariat, dan senang mengoreksi aib sendiri dan takut akan su'ul khtimah.8
        
Kesimpulannya; bahwa wali Allah harus berpegangan teguh dengan  Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan menimbang segala tindakannya dengan al-Kitab dan as-Sunnah, lurus akidahnya,serta istiqamah dalam pengabdianya kepada Allah. Maka junaid berkata: Seorang hamba yang pergi meninggalkan keinginan nafsunya, selalu berusaha mengingat Rabbnya, menunaikan hak-hak Allah, dan selalu memandang kepada-Nya dengan mata hatinya. Sehingga ketika berbicara hanya dengan Allah, berucab dari Allah,bergerak atas dasar perintah Allah, berdiam diri bersama Allah, sehingga dia dengan Allah, demi Allah dan bersama Allah.9

Adapun manusia dalam menyikapi karomah terbagi menjadi tiga:   
        
Pertama: kelompok yang menjadi karomah sebagai wahana untuk meningkatkan ketaatan kepada Allah, mereka adalah orang-orang yang beriman yang mengikuti sunah Nabi Muhammad. Mereka menjadi karomah tersebut sebagai hujjah untuk menegakan agama Allah atau untuk memotivasi ketaatan kepada Allah. 

Kedua: Kelompok yang menjadikan karomah sebagai media maksiat dan melanggar perintah Allah, seperti yang dilakukan oleh Bal'am.

Ketiga: Kelompok yang menjadikan sebagai barang ubah yang digunakan untuk hal-hal yang mubah.10

Baca Juga KITAB ALHIKAM SESAT DAN MENYESATKAN

Bagi yang ingin mengakses melalui Iphone atau Android silahkan klik tombol dibawah ini :




PEMESANAN BUKU DISINI





Senin, 26 Oktober 2015
Tanda-tanda Wali Allah


Ketahulah, bahwa termasuk tanda-tanda paling besar bagi seorang wali Allah adalah berpegangan teguh dengan al-Qur'an, mengikuti as-Sunnah dalam ucapan dan perbuatanya, menimbang segala amaliyahnya dengan al-Kitab dan as-Sunnah,6 lurus akidahnya, istiqamah dalam pengabdianya kepada Allah, dikabulkan doa-doanya, berhati lapang dan ridha dalam setiap keadaan, mengerjakan kewajiban agama dan meninggal kan laranganya, zuhud dari apa saja yang diperbuatkangan manusia, seperti cinta popularitas, ketenaran,pangkat dunia,ambisi jabatan dan harta kekayaan.Dia bukan pengagum dunia, tidak hidup menjadi budak harta, dan tidak berlomba-lomba untuk mengejar materi dan kenikmatan sesaat. Bila dunia datang hanya sedikit,maka diterima dengan penuh qana'ah dan sabar, dan bila dunia datang banyak maka iya bersyukur lebih percaya apa yang ada di tangan Allah dari pada apa yang ada ditanganya. Pujian dan cacian,miskin dan kaya, terkenal dan tidak terkenal, baginya sama saja. Dia tidak ujub dan kagum terhadap kewalian dan kelebihan yang diberikan Allah kepadanya. Semakin tanmbah ilmunya semakin tambah tawadu, kepada Allah, semakin tambah amal baiknya semakin takut kepada Allah, semakin tambah hartanya semakin dekat dengan orang miskin dan lemah, semakin tambah umur semakin tambah banyak amal shalih-nya dan semakin tambah tinggi jabatannya semakin dekat dengan rakyat jelata.7 

      Bahkan semakin tinggi kedudukanya di sisi Allah, semakin tumbuh rasa rendah hati dan tunduknya kepada Allah, semakin baik akhlaknya,semakin mulia pula persahabatanya, peramah dan sangat pemaaf kepada sesama hamba Allah. Maka secara umum sebagian besar perilakunya mengacu kepada apa yang disenangi Allah dan menarik hati bagi hamba Allah. Singkatnya, kewalian seseorang hanya bisa ditandai dengan wujudnya kedekatan kepada Allah dengan cara memantapkan keimanan dan ketakwaan pada dirinya.

      Dan barang siapa yang telah memiliki sifat-sifat di atas apada dirinya, maka iya seorang wali Allah yang besar dan setiap muslim harus mengakui kewaliannya, walau pun tidak memiliki kehebatan karomah. 


Bagi yang ingin mengakses melalui Iphone atau Android silahkan klik tombol dibawah ini :




PEMESANAN BUKU DISINI




Minggu, 25 Oktober 2015
 Hakekat Wali Allah

Siapakah Wali Allah?

Kata wali (kekasih) lawan dari kata aduw (musuh),sementara kata wilayah (Kedekatan) adalah lawawan dari kata adawah (Permusuhan),sehingga inti kewalian berkutat pada kalimat cinta (mahabbah) dan kedekatan (taqarrub).1 

Imam Abu Ishaq az-Zujaj dalam kitabnya,Ma'anil Qur'an dan Abu ishaq bin Qurqul penulis kitab Mathali' Anwar berkata, bahwa wali adalah orang yang senantiasa menegakkan hak-hak hamba-Nya.2

Imam Ibnu Taimiyah berkata: Disebut wali karena kedekatanya dengan ketaatan, yaitu mengikuti-nya.3

1  Lihat Al-furqan,ibnu Taimiyah,Hal.53.
2  Lihat kitab Bustanul Arifin, Imam Nawawi, Hal.344.
3  Lihat al-furqan, Ibnu Taimiyah, Hal.53.

          Sementara Imam Ibnu Hajar menegaskan, bahwa wali Allah ialah orang yang mengerti tentang Allah, terus menerus berbuat ketaatan dan ikhlas dalam beribadah.4

Semua definisi para ulama tentang wali Allah kembali kepada satu hakekat,yaitu bentuk tafsir dari firman Allah : 

Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (yaitu) orang orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. (QS. Yunus [10]:62--63)

Dalam jamiul Ulum Wali Hikam, Ibnu Rajab membedakan wali Allah dalam dua tingkatan 5,yaitu:

pertama: Mereka yang mendekatkan diri kepada Allah dengan menunaikan setiap kewajiban agama .Maka mereka termasuk tingkatan menengah, para ashabul yamin,paling utama, seperti yang ditegaskan Umar bin Khaththab:

4  Lihat fathul bari, ibnu Hajar,11/387
5  Lihat jamiul Ulum Wal Hikam,Ibnu rajab,2/336-337.

Sebaik-baik amal adalah menunaikan kewajiban agama. Maka mereka termasuk meningkatkan kewajiban Allah dan meninggalkan larangannya-Nya serta jujur dalam niat ketika menghadap Allah.

Kedua;Mereka yang berada pada tingkatan paling tinggi dan dekat dengan Allah.Karena mereka menambah dengan berbagai macam sunah ketika menjalankan setiap kewajiban dan meninggalkan berbagai macam hal hal yang makruh sekecil apapun, sehingga mereka menjadi hamba yang di cinyai Allah.

Maka wali adalah hamba-hamba Allah yang istimewa, yang menjalankan ketaatan secara ikhlas karena Allah.Dan wali Allah yang paling utama adalah para Nabi dan utusan ulil azmi,yaitu; Nuh, Ibrahim,Musa,Isa dan muhammad.kemudian di susul para khulafaurrasyidin,para shabat yang terdepan masuk islam dari kalangan Muhajirin dan Anshar,para shabat secara umum,para tabi'in dan para imam sunah yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat.

Walli Allah selain para Nabi dan Rosul tidak ma'shum,karena mereka tidak mendapatkan jaminan ishmah (terpelihara dari dosa dan salah) dari Allah seperti yang di berikan kepada para utusan Allah sehingga mereka bisa tertimpah salah dan dosa seperti tang menimpa para ulama dan para hakim ahli ijtihad. dengan demikian,seandainya mereka berbuat kesalahan, tidak menjadikan kewalian mereka pupus dan batal,seperti seorang ulama mujtahid yang salah dalam ber ijtihad tidak melenyapkan kelumayannya,bahwa ia masih mendapat satu pahala. 

BERSAMBUNG.



Baca Juga KITAB ALHIKAM SESAT DAN MENYESATKAN

Bagi yang ingin mengakses melalui Iphone atau Android silahkan klik tombol dibawah ini :




PEMESANAN BUKU DISINI




Dapatkan Buku-Buku ini

Artikel Terhangat

Situs Keilmuan

Diberdayakan oleh Blogger.